NIBUNG- Musim penghujan yang berlangsung sejak akhir tahun lalu, ternyata terus menimbulkan dampak. Bagi petani sawit, dengan kondisi cuaca tak menentu tersebut, mereka sulit mengeluarkan hasil panen dari desa. Sebab, jalan tanah di kebun sawit menjadi becek dan sangat sulit dilalui truk pengangkut sawit. Secara otomatis, biaya operasional yang harus dikeluarkan petani menjadi bengkak.
Keluhan ini disampaikan Sar (38), warga Desa Sumber Makmur, Kecamatan Nibung. Dia mengungkapkan jika musim kemarau, mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 2–3 jam saja mengangkut sawit dari lokasi kebun ke pabrik Bukit Hijau Estate milik PT PP Lonsum di Kecamatan Rawas Ilir.
“Namun saat musim penghujan seperti sekarang, membutuhkan waktu lebih lama. Kadang-kadang bisa sampai 1–2 hari truk baru bisa keluar dari areal perkebunan karena jalan becek. Tentu saja dengan tertahannya truk pengangkut, maka biaya operasional lebih besar,” ucapnya.
Disebutkan, selain berpengaruh terhadap angkutan sawit, musim hujan juga berdampak pada biaya panen. Menurut dia, dalam kondisi cuaca normal, upah buruh panen per jenjang tandan buah segar (TBS) Rp 800. Namun, saat musim hujan upah panen meningkat jadi Rp 900–Rp 1.000 per janjang.
“Untuk upah panen, tergantung jarak. Kalau jarak ke kebun cukup jauh, maka upah panen jadi lebih mahal. Sementara harga jual sawit saat ini, relatif fluktuasi, kadang naik kadang turun,” pungkasnya.(03)
Selasa, 23 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar