Rabu, 17 Maret 2010

22 Orang SAD Mendapat PLS

0 komentar
SAROLANGUN– Sebanyak 22 anak usia sekolah Suku Anak Dalam (SAD), atau sering dipanggil orang rimba, mendapat Pendidikan Luar Sekolah (PLS) oleh PT Sari Aditya Loka, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai wujud kepedulian sosial perusahaan terhadap SAD, khususnya yang berada di Taman Nasional Bukit Duabelas, atau Sekolah Halom Puteri Tijah.
Menurut CD Area Manager PT Astra Agro Lestari, Tbk (holding company PT SAL 1) Rusdi S Koto, kegiatan ini adalah untuk menjawab persoalan yang dihadapi oleh anak usia sekolah SAD di TNBD, yang belum mengeyam pendidikan di sekolah-sekolah formal.
“Perbedaan budaya dan kebiasaan SAD, membuat anak-anak belum dapat menyesuaikan diri untuk ikut serta sekolah seperti anak lainnya,” sebutnya. Untuk diketahui, bahwa program ini digagas PT Sari Aditya Loka–1 dengan Temenggung Tarib (Ketua SAD), Kepala Desa Pematang Kabau, Balai TNBD dan Camat Air Hitam.
”Sekolah Halom (sekolah alam) Puteri Tijah dimulai dengan 2009/2010, dan saat ini diikuti oleh 22 anak SAD. Sekolah ini memang tidak seperti sekolah lainnya yang menggunakan kurikulum standar, tetapi disesuaikan dengan minat dan kemampuan permulaan yang dimiliki anak-anak SAD,” terang Rusdi.
Terkait tujuan, kata dia bahwa melalui pendidikan alternatif atau pendidikan luar sekolah (PLS), anak usia sekolah SAD dapat membaca, menulis dan berhitung. Diharapkan nantinya, buta aksara di warga SAD TNBD dapat diminimalisasi.
“Kegiatan ini adalah salah satu pilot project, dan apabila diminati oleh anak-anak SAD maka akan menjadi model PLS yang dapat diterapkan dikelompok SAD lainnya,” sambungnya.
Menurutnya, anak-anak itu dibimbing oleh seorang guru bernama, Tri Rini Widiastuti (25), seorang warga transmigrasi yang sudah lama menetap di Desa Pematang Kabau di pinggir TNBD. “Pengabdiannya untuk menjadi guru SAD adalah pengalaman berharga baginya. Suka duka membimbing anak bangsa yang masih tertinggal dari suku-suku lainnya menjadi kebanggaan tersendiri baginya,” katanya.
Untuk diketahui, bahwa kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 09.00-12.00, mulai hari Senin - Jumat. Melalui kegiatan ini, apresiasi yang tinggi datang dari warga sekitar transmigrasi, termasuk warga setempat.
“Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan kurikulum tingkat dasar, selama enam bulan, tingkat menengah enam bulan dan tingkat lanjutan, selama 12 bulan,” sambungnya.
Untuk petugasnya, lanjut Rusdi bahwa petugas pendampingan dilakukan oleh Community Development Officer (CDO) PT SAL 1-, yakni M Rafii dan Dewi M. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, dibuat Laporan Perkembangan Kemampuan Siswa (raport).
“Ke depan diharapkan kerjasama dengan Dinas Pendidikan setenpat, serta akan menargetkan dapat menggunakan kurikulum fungsional (KF) dan Paket A bagi siswa SAD tersebut,” harap Rusdi.(net)

0 komentar:

Posting Komentar