Kamis, 01 April 2010

Disbun Terus Upayakan Harga Jual Karet

0 komentar
Strategi Jangka Panjang Agar Bokar Tetap Berkualitas
1. Peningkatan harga jual karet (SIR)
2. Membuat pasar lelang karet
3. Pendirian industri hilir (pabrik ban).

MURATARA-Sama halnya di bagian selatan, wilayah Kabupaten Musi Rawas bagian utara atau sering disingkat Muratara merupakan daerah perkebunan di Kabupaten Musi Rawas baik karet maupun kelapa sawit.
Berdasarkan catatan koran ini, luas areal perkebunan di wilayah itu mencapai 106.623 hektar dengan total produksi 42.031 ton. Sedangkan tanaman kelapa sawit dengan areal 114.670 hektar, total produksi mencapai 521.939 ton.
Melihat potensi sumber daya alam (SDA) yang memadai tersebut Dinas Perkebunan (Disbun) Kabupaten Musi Rawas akan terus mengembangkan mutu dan analisi bahan olah karet (bokar) berkualitas ekspor. Apalagi di wilayah Muratara terdapat perusahaan crum rubber PT Kirana Windu dan PT Nibung Artha Mulia.
Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Kabupaten Musi Rawas, Suharto Patih kepada Linggau Pos, menjelaskan melalui pembangunan kebun karet rakyat baik rehabilitasi, ekstensifikasi, intensifikasi maupun revitalisasi perkebunan diharapkan dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara.
Hanya saja lanjut dia, secara umum para petani belum seluruhnya melaksanakan pengolahan bokar dengan menggunakan bakan pembeku sesuai dengan anjuran. “Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas bokar yang diproduksi petani,” ujarnya.
Menyebab lain tambah Suharto, rendahnya mutu karet rakyat yang dihasilkan petani akibat kebiasaan merendam dan mencampur benda lain ke dalam sleb dengan tujuan agar sleb bertambah berat.
Terkait rencana tersebut, Dinas Perkebunan telah merumuskan langkah-langkah atau terobosan yang akan ditempuh, diantaranya melakukan sosialisasi tentang pengembangan mutu bokar untuk ekspor yang didanai dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Kemudian, melakukan pengawasan mutu bokar olah komoditi ekspor bekerjasama dengan instansi terkait. Menggelar rapat-rapat koordinasi tingkat kabupaten, provinsi dan pusat serta menjalin kerjasama dengan perusahaan crum rubber yang ada seperti PT Bumi Beliti Abadi, PT Kirana Windu dan PT Nibung Artha Mulia.
Agar terobosan itu tercapai maka upaya dilakukan adalah menambah keterampilan dan pengetahuan petani dalam pengolahan bokar yang berkualitas. Selanjutnya terus memperbaiki bokar berkualitas sehingga pandapatan petani dan devisa negara juga meningkat. Hal ini kata Suharto, sesuai dengan penerapan Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/PER/2009 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah Komoditi Ekspor Karet Standar Indonesian Rubber yang Diperdagangkan.
Terbitnya Permendag tersebut didasari atau dilatarbelakangi untuk mendorong peningkatan daya saing, terciptanya persaingan usaha yang sehat, terjaminnya perlindungan konsumen dan masyarakat dalam aspek kesehatan, keamanan dan keselamatan serta kelestarian fungsi lingkungan.
“Jika semua aspek diatas benar-benar dilaksanakan maka upaya penyediaan bahan olah komoditi ekspor Standar Indonesia Rubber (SIR) yang bermutu dan konsisten bisa terwujud,” ucapnya optimis.
Mengenai program jangka panjang, Suharto memaparkan pihaknya juga telah menyusun beberapa strategi diantaranya peningkatan harga jual karet (SIR), membuat pasar lelang karet, serta pendirian industri hilir (pabrik ban). (03)

0 komentar:

Posting Komentar